banner 728x250

Melahirkan Kepemimpinan Sejati

banner 120x600
banner 468x60

Oleh : Ismail Asso, Anggota MRP Papua Pegunungan 

SESUAI Konsitusi Negara RI didalam Mukaddimah Pancasila dan UUD 45 menyebutkan bahwa tujuan pendirian negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk ‘ Melindungi segenap warga negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke’. Ini aspek perlindungan dan keamanan rakyat Papua wajib dilindungi oleh TNI dan Polri wajib menertibkan ketertiban umum.

banner 325x300

Dalam pada itu didalam NKRI, kita semua punya hak dan tanggungjawab secara konstitusi memilih dan dipilih menjadi Pemimpin (Presiden dan Bupati) untuk melaksanakan amanat UUD 45 dan UU Otsus Papua lebih khusus untuk meningkatkan kesejahteraan keamanan dan kemakmuran hidup bersama sebagai keluarga besar didalam sebuah negara bernama NKRI.

Konsep negara kesatuan yang digagas seperti diakui banyak ahli tatanegara seperti Prof Dr Adnan Buyunh Nasution, bahwa konsepsi Negara Kesatuan (nation), yang diidealkan Bung Karno, agaknya dasar ide nation (kebangsaan) diambil dari konsepsi Ernes Renan dari Italia.

Konsep Negara Kesatuan adalah rasa senasib sependeritaan, muncul rasa solidaritas sebagai bekas jajahan Hindia Belanda yang letak geografis wilayahnya terdiri dari Sabang sampai Merauke.

Sedikit berbeda antara Soekarno dan Muhammad Hatta, ketika memproklamasikan Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus Tahun 1945, walaupun yang disebut belakangan (Hatta) terpaksa menyetujui yang sebelumnya menganggap bahwa Papua penduduknya masih primitive dan mereka harus diberi kesempatan kelak untuk menentukan masa depan sendiri.

Namun melalui Trikora di Jogjakarta akhirnya Papua yang masih diduduki Belanda diusir keluar. Berlanjut dengan PEPERA yang akhirnya menjadi debat kusir proses pelaksanaannya. Ukumearik Asso menerima kunjungan Sorkarno dan sebelumnya didatangi para Missionaris Amerika sehingga diakui sebagai penerima Injil Pertama di Lembah Balim Jayawijaya pada tahun 1957.

Karena itu Islam (kehadiran Sorkarno) dan Kristen diterima oleh Ukumearik Asso, di Higima sehingga wajar kalau kemudian dalam ungkapan Ukumherarik Asso, kehadiran tamu-tamunya yang dari jauh itu dianggapnya sebagai” NAYALI”, yang artinya ‘pembantu, ‘penolong’ secara simbolik menerima dengan layak sebagai manusia dan sahabat, “kehadiran” orang asing di Lembah Balim sebagai tonggak kehadiran Agama (Injil masuk di Lembah Balim) dan Islam hadir melalui Soekarno diterima sekaligus NKRI mayoritas agama Islam diterima.

Jadi Ukumearik Asso sejatinya seorang Pahlawan Nasional yang paling berjasa melindungi Missionaris Kristen dalam Missi Zending penyiaran agama Kristen di Lembah Balim Jayawijaya Papua Pegunungan sekaligus Tokoh Penerima Agama Islam melalui kehadiran Proklamator Indonesia Ir Soekarno melalui penempatan transmigrasi di Sinata (nama lama), menjadi Megapura (nama baru dari bahasa sansekerta Mega artinya Besar, pura artinya rumah, jadi agaknya penempatan Kota Wamena awalnya direncanakan di Megapura (Sinata) yang jaraknya dekat dan lebih luas dari tempat tinggal Pelindung Utama Ukumherarik Asso di Hitigima.

Kemarin saya menulis pentinganya pembangunan dirancang dengan spirit nilai-nilai sacral Honai Kaneke, sebagai fondasi (dasar), spirit pembangunan Papua Pegunungan kedepan sebagai miniatur konsep ini harus dimulai dari Kabupaten Kota Wamena kedepan dan secara luas harus dilaksanakan oleh Bapak PJ Gubernur Doktor Velix Vernando Wanggai, sebagai seorang teknokrat sekaligus pakar pembangunan nasional yang kebetulan saat ini sedang menjabat PJ Gubernur PP.

Konsep Pembangunan Berdasar Honai Kaneke

Konsep pembangunan melalui semangat Honai Kaneke tak lain tak bukan dimaksudkan adalah cita rasa cara pikir dan semngat bergerak masyarakat Papua Pegunungan khususnya Lembah Balim Kota Wamena dan sekitarnya.

Honai Kaneke didalamnya tersimpan cerita berikut simbol benda pusaka yang dinamakan Hareken atau Tugiken. Hareken yang berbentuk Batu Hitam (axe), padanya hanya sebatas simbol, benda mati, tapi sesuai nama “Har” (Engkau, Tuhan, Yang Maha Hadir), “Eken”, Isi, inti, makna, jadi kata HAREKEN terdiri dari dua kata HAR dan EKEN ( inti, isi, makna, Engkau, Maha Ada, Tuhan), hadir nyata ada dibalik simbol Batu Hitam (Hareken).

Makna dibalik kata Hareken secara bahasa sebagai symbol benda keramat (sacral) yang kini tersimpan rapih di Honai-Honai adat seluruh Lembah Balim Jayawijaya dan Papua Pegunungan seperti dijelaskan atas adalah yang paling inti, pusat, sentral, segala cara pikir, bertindak dan rancangan masa depan manusia Lembah Balim khususnya dan Papua Pegunungan paling dihormati karena sangat keramat, dihayati, sebagai way of live (patokan hidup), masih dihayati rakyat Papua Pegunungan hari ini dan kedepan.

Uregensi Pemugaran Honai Adat

Alokasi dana buat pemugaran dari dana Otsus yang sangat besar jumlahnya hingga trilyunan rupiah oleh para PJ Gubernur dan para PJ Bupati seluruh Propinsi PP tujuannya mengembalikan atau memulihkan kesadaran diri sejati sebagai manusia Papua seutuhnya.

Orang Papua sejauh ini oleh akibat dominasi nilai-nilai asing dan baru melalui agama dan pembangunan pola Jawa sentris, manusia Papua umumnya dan khusus masyarakat Pap telah lama kehilangan kesadaran jati diri.

Segala apa-apa menyerahkan kepada pihak tamu, bukannya seperti Ukumearik Asso, menerima tamu sebagai NAYALI. Sebagai pemimpin dan memimpin kaum NAYALI melainkan sebaliknya hari ini NAYALI memimpin Tuan Rumah jadi tamu, tuan rumah jadi penonton.

Lama-kelamaan Tuan Rumah (kaum Ansor, penolong, OLOKOMA-ISME), OLOKOMA Isme artinya paham sebagai Tuan Tanah, penolong, penerima Tamu. Dambil dari nama lain Ukumherarik Asso adalah OLOKOMA yang artinya Manusia Paling Terdepan disuatu Wilayah, (Wilayah Lembah Balim Papua Pegunungan pada masanya).

Mengapa pembangunan Berdasar Spirit Nilai-Nilai Sacral Honai Kaneke? Ada dua keuntungan. Pertama, pembangunan sejatinya sesuai tujuan pendirian negara sebagaimana termaktub didalam konstitusi pendirian NKRI disinggung diatas ditambah UU Otsus bahwa pembangunan Papua berdasar kearifan lokal. Berdasar nilai-nilai yang dihayati, berdasar karakter adat budaya Papua.

Mengingat hegemoni tanpa batas oleh nilai nilai asing dari agama dan pemerintah melalui pendidikan kurikulum nasional yang bersifat kesatuan dan keseragaman. Dampak negarif muncul dengan timbul nya separatisme, mentalitas membudak, malas kerja, secara psikologis masyarakat Papua apatisme bahkan tercerabut (dislocation) dari dalam sendiri, terlaienatin, devrivation.

Mengapa itu bisa terjadi? Doktrin agama menghegemoni cara pikir rakyat Papua Pegunungan, pada saat sama mereka memiliki nilai-nilai sendiri yang tak kurang hebat dengan nilai asing dan baru mereka terima, terjadi benturan nilai.

Dalam pada itu nilai-nilai baru dari agama dan pemerintah melalui ilmu pengetahuan melalui study bangku pendidikan tak sepenuhnya dikuasai negerasi Sarajana saat ini. Demikian nilai-nilai luhur warisan peradaban leluhur mereka sendiri di Honai Kaneke hanya sebatas pajangan, seakan sebagai Musium yang tak terawat.

Padahal Nilai Nilai Sacral Honai-Kaneke masih sangat dihayati dan menjadi pola pikir dominan dalam menjalin kehidupan rakyat Papua Pegunungan. Nilai-nilai warisan leluhur yang didalam Honai Hesekewa Wene Kolik, sebagai arah atau kompas hidup rakyat Suku Dani Lembah Balim Papua Pegunungan.

Atas dasar inilah saya sarankan ke pemerintah Propinsi Papua Pegunungan agar merancang konsep pembangunan Propinsi PP berdasarkan konsepsi nilai-nilai hidup dan berdasarkan karakter masyarakat Papua Pegunungan dengan mengurasi porsi bantuan pembangunan Gereja dan Mesjid tapi dialokasikan Dana Otsus lebih besar untuk pemugaran pembangunan Honai Adat.

Apa dampak yang akan diharapkan lima sampai 20 tahun kedepan akan muncul pemimpin -pemimpin sejati yang berkarakter dan tahu diri bahwa dirinya tahu. Akan muncul dan memimpin dirinya sendiri sebagai Tuan Rumah. Menerima tamu dengan layak dan menjadi diri sendiri kelak menjadi Gubernur Bupati di tengah masyarakatnya sendiri. **

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *