Vatikan (SINERGISATU.Com)-Umat Kristen dihimbau untuk merayakan Natal tahun ini dengan sederhana. Adapun penghematan dari pengeluaran belanja hadiah disumbangkan untuk membantu rakyat Ukraina yang menderita. Aksi tersebut merupakan gerakan amal untuk masyarakat Ukraina selama musim liburan.
Demikian disampaikan oleh Bapa Suci Paus Fransisku dalam kesempatan audiensi umum mingguannya di Lapangan Basilika Santo Petrus,Vatikan, Roma-Italia Rabu pekan ini.

“Menyenangkan merayakan Natal dan mengadakan pesta, tapi mari kita turunkan sedikit pengeluaran Natal,” katanya dilansir dari VOA Indonesia.
Paus yang ke ke-266 ini pun kembali mengajak, “Mari kita buat Natal yang lebih sederhana, dengan hadiah yang lebih sederhana, dan mari kirimkan apa yang kita sisihkan kepada orang-orang Ukraina yang membutuhkannya.”
Untuk diketahui bahwa Paus Fransiskus telah sering berbicara tentang orang-orang Ukraina yang menjadi “martir” sejak invasi Rusia pada 24 Februari tahun ini (2022-red).
Sementara,Vatikan sendiri telah mengirimkan bantuan kemanusiaan selama beberapa bulan terakhir ke Ukraina, termasuk pakaian-pakaian tebal yang diharapkan dapat membantu mengatasi musim dingin.
“Mereka lapar, kedinginan, begitu banyak yang mati karena kekurangan dokter dan perawat. Jangan lupakan mereka. Rayakan Natal dalam damai dan bersama Tuhan, tapi dengan Ukraina di hati,” kata Pemimpin Gereja Katolik Roma yang pada tanggal 17 Desember 2022 ini genap berusia 86 tahun (17-12-1936-17-12-2022).
Sebagaimana diketahui belum lama ini Paus Fransiskus memicu pertikaian diplomatik baru dengan Moskow ketika ia menyalahkan sebagian besar “kekejaman” dalam perang Rusia terhadap orang-orang Chechen dan para pejuang minoritas lainnya, yang katanya bukan bagian dari “tradisi Rusia”.
Namun,terkait hal tersebut, pihak Tahta Suci Vatikan pekan ini Paus Fransiskus telah mengirim surat Permohonan Maaf kepada para kepala negara di seluruh dunia, yang meminta mereka untuk memberikan grasi kepada para tahanan yang memenuhi syarat.
Adapun alasan Paus Fransiskus bahwa hal yang dilakukannya tersebut dapat menunjukkan “keterbukaan terhadap rahmat Tuhan dalam masa yang ditandai dengan ketegangan, ketidakadilan, dan konflik.”
Permintaan Maaf Paus ke Rusia
Terkait hal tersebut, juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova. Rusia Terima Permintaan Maaf Vatikan, Tentang Kesadisan Pasukan Chehnya dan Buryat di Ukraina (kremlin.ru) bahwa pemerintah Rusia telah menerima permitaan maaf Vatikan tentang kesadisan Pasukan Chechya dan Buryat di Ukraina.
Dikatakan, Kedutaan Besar Vatikan di Moscow telah menyampaikan permintaan maaf atas pernyataan rasial Paus Franiskus terhadap Chechnya dan Buryat.
Diketahui, Chechya dan Buryat merupakan pasukan pendukung operasi militer khusus Rusia ke Ukraina timur sejak Kamis, 24 Februari 2022.
“Kami sudah menerima surat dari Kedutaan Vatikan di Moscow,” kata Maria Zakharova, Jurubicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Kamis (15/12/2022).
Masih terkait hal itu, laman resmi TASS Russian News Agency, Juru Bicara Rusia, Maria Zakharova, mengatakan, “Kami menerima surat dari saluran diplomatic Vatikan, yang berisi pernyataan resmi atas nama Kardinal Sekretaris Negara Vatican, Kardinal Pietro Parolin sehubungan dengan pernyataan paus tersebut di atas.”
Berikut bunyi surat permintaan maaf :
‘Sekretariat Negara Vatikan meminta maaf kepada pihak Rusia.”
“Tahta Suci sangat menghormati semua orang Rusia, martabat, iman dan budaya mereka, serta untuk negara lain dan orang-orang di Dunia’.”
“Kemampuan untuk mengakui kesalahan seseorang semakin langka dalam komunikasi internasional kontemporer.”
“Situasi ini menunjukkan bahwa di balik seruan Vatikan untuk berdialog terdapat kemampuan untuk melakukan dialog ini dan mendengarkan lawan bicara.”
“Saya dapat memberitahu Anda sekarang bahwa pendekatan ini membangkitkan ketulusan hormat,” kata Maria Zakharova.
“Kami pikir insiden ini telah berakhir dan kami berharap dapat melanjutkan kerja sama yang konstruktif dengan Vatikan”.
Sebelumnya, Paus Fransiskus dalam sebuah wawancara dengan media Amerika Serikat melontarkan komentar menghina tentang orang-orang Chechnya dan Buryat. Pemimpin tertinggi gereja Katolik Roma itu menyebut “pasukan Rusia yang paling kejam” yang ditempatkan di Ukraina.
*** (Redaksi/Dari berbagai sumber).