banner 728x250

Pakar Manajemen Prestasi ini Sebut, Era Erick Thohir Pemain Usia Dini Mulai Diperhatikan

Erick Thohir,Ketua Umum PSSI, Menteri BUMN (Foto: Istimewa)
banner 120x600
banner 468x60

SINERGISATU.COM,JAKARTA, Jakarta – Pakar manajemen prestasi olahraga Prof Djoko Pekik Irianto menyebut, langkah konkrit PSSI di bawah Ketua Umum Erick Thohir tak bisa dipandang sebelah mata oleh federasi sepak bola Asia Tenggara. Adapun, setelah pimpinan bertangan dingin itu perlahan berhasil merubah wajah sepak bola Indonesia, terkhusus Timnas Indonesia yang dihuni oleh pemain dengan usia di bawah 25 tahun.

Menariknya, pemain-pemain muda ini berhasil menahan gempuran tim juara dunia Argentina dengan skor tipis 2-0 dalam FIFA Matchday 19 Juni kemarin. Keberhasilan ini membuat berbagai pihak mengakui perubahan besar di sepak bola Indonesia, termasuk media-media luar negeri. Tidak hanya pada pemain, beberapa kebijakan Erick Thohir juga diakui membuat perubahan besar pada sepak bola Indonesia yang diprediksi bakal menguasai Asia Tenggara.

banner 325x300

Prof Djoko Pekik Irianto mengakui, dengan keputusan PSSI menggelar pertandingan uji coba (FIFA Matchday) Timnas Indonesia dengan negara-negara besar sangat positif, terutama untuk menguatkan mental bertanding para pemain, dimana sebagian besar pemain Timnas Indonesia diisi oleh anak-anak muda dengan rentan usia 18 sampai 25 tahun.

“Sepakat, untuk mematangkan mental, namun perlu dilakukan berkelanjutan,” kata dia kepada wartawan, Senin (3/7/2023).

Lanjut Prof Djoko Pekik, kepengurusan PSSI saat ini selangkah lebih maju dari kepengurusan sebelumnya. Hal itu, kata Prof Djoko Pekik terlihat dari komitmen Ketua PSSI Erick Thohir memberikan perhatian serius pada pengembangan pemain usia dini. Namun, Ketua KONI Provinsi Yogyakarta ini menuturkan, sepak bola Indonesia bisa menguasai Asia Tenggara bila kompetisi dibenahi dan tidak mengulangi cara-cara lama.

“Ada (perubahan besar), utamanya terkait pembinaan usia muda saat ini. Belum tentu (menguasai ASEAN) selagi atmosfer kompitisi belum seperti di Eropa,” ujarnya lagi.

Untuk itu, Prof Djoko Pekik menyarankan agar PSSI perbanyak pelatih yang memiliki liscence untuk mendukung langkah besar Ketua PSSI terhadap pemain-pemain usia dini ke depan.

“PSSI perlu memperbanyak Pelatih yang memiliki Pro liscence atau sekarang disebut Pro diploma,” bebernya.

Sementara itu, pengamat sepak bola Rikki A. Daulay mengatakan, rencana PSSI mengundang Timnas Brasil atau Portugal untuk menggelar pertandingan FIFA Matchday September dan Oktober mendatang sangat baik untuk menggairahkan sepak bola tanah air.

“Dengan melawan Argentina kemarin dan ada rencana untuk mendatangkan Portugal dan Brasil, PSSI di bawah Erick Thohir bisa membuat sepakbola nasional kembali bergairah. Walaupun untuk membentuk Timnas yang kuat, saya pikir masih perlu proses yang tidak sebentar,” kata Daulay.

Dijelaskan bahwa pemain Persikota itu menuturkan, PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir mulai menampakkan perubahan di wajah sepak bola Indonesia, namun tidak serta-merta mengklaim bahwa sudah sangat baik karena perubahan besar itu membutuhkan waktu panjang. Apalagi terkait dengan sepak bola Indonesia yang sudah dikuasai oleh mafia sepak bola sejak lama.

“Betul ada perubahan, tetapi menurut saya terlalu prematur jika kita katakan PSSI sekarang itu sudah lebih baik, tetapi kita berharap besar kepada Erick Thohir dan teman-teman di PSSI dapat membuat perubahan signifikan,” ungkapnya.

Daulay pun menyarankan selain menggelar FIFA Matchday dengan negara-negara besar, pembinaan usia dini yang sudah digalakan oleh Erick Thohir perlu difokuskan demi melahirkan bintang-bintang baru Timnas Indonesia.

“Euforia melawan Argentina dan mungkin Brasil memang bagus, tetapi kita harus ingat sepakbola nasional itu bukan hanya tentang FIFA Matchday saja, tetapi ada komponen pembinaan usia dini, lapangan yang layak, fasilitas yang berstandar internasional dan masih banyak lainnya,” jelasnya.

Daulay pun berharap Erick Thohir dan jajarannya konsisten dengan ancaman-ancaman PSSI kepada mafia sepak bola. Pasalnya, jika pengawasan tersebut sedikit lemah, maka mafia bola akan kembali merusak sepak bola Indonesia.

“Kita berharap itu terjadi dan semoga PSSI komitmen terhadap perang kepada mafia bola,” ujarnya. ** DSL.

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *