JAKARTA,SINERGISATU.COM- Ada aliran baru bernama KrisMuha (Kristen Muhammadiyah). Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dan Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah, Fajar Riza Ulhaq.
Aliran ini muncul berdasarkan penelitian oleh PP Muhammadiyah dalam buku berjudul “Kristen Muhammadiyah Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan”.
“Terutama pada bagian bab dua dalam buku ini dijelaskan tentang akar pluralisme dalam pendidikan Muhammadiyah di tingkat akar rumput,” kata Mu’ti dilansir dari Suara.com.
Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa aliran Kristen Muhammadiyah adalah orang-orang Kristen yang menjadi simpatisan Muhammadiyah. Belakangan, fenomena tersebut pun disusun dalam buku tersebut.
Buku tersebut menjelaskan secara sosiologis tentang institusi Muhammadiyah yang konsisten membangun kohabitasi masyarakat majemuk tanpa kehilangan identitasnya. Buku ini menegaskan konvergensi kewargaan di bidang pendidikan adalah kunci mentransformasikan perbedaan dan harmoni sosial menjadi kekuatan kolektif dan kemajuan.
Pada acara bedah buku berjudul ‘Kristen Muhammadiyah Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan’, Senin (22/5/20230, Fajar menyampaikan adanya toleransi di daerah terpencil di Indonesia. Daerah itu adalah Putussibau di Kalimantan Barat, Ende di Nusa Tenggara Timur, dan Serui di Papua.
Menurutnya, Kristen Muhammadiyah ini tidak dapat dilepaskan dari hubungan akrab antara murid Kristen dan Muslim di lingkungan sekolah Muhammadiyah.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan, buku tentang KrisMuha bertujuan untuk “membangkitkan kesadaran keberagaman agama, suku, ras dan kelompok.”
“Kemajemukan adalah pelangi yang indah untuk merajut hidup toleran sarat penghormatan, perdamaian, dan saling memajukan,” tegas Haedar.
Seedangkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendibudristek) Nadiem Makariem dalam sambutannya, menilai buku itu menjadi bentuk dukungan dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang menganut nilai keberagaman.
“Gagasan toleransi yang dihadirkan dalam buku ini sejalan dengan cita-cita kami di Kemendikbudristek untuk menghapus kekerasan dari dunia pendidikan Indonesia,” kata Mendiknas, Nadiem Makariem. **
Editor : Domi Dese Lewuk.